Semarang Contemporary Art Gallery: Mencicipi Seni di Kota Lunpia

“Mas, kalo saya mau ke sini, jauh ndak ya?” Tanya gue sambil kirim gambarnya di DM (direct message) Instagram.

“Itu di Kota Lama, haha. Galeri Semarang.” Jawabnya.

Kira-kira gitu percakapan gue dengan private guide gue beberapa hari sebelum gue mendarat di Semarang. Eh, jangan tanya siapa dia karena orangnya masih sama, Masvay.

Semarang Contemporary Art Gallery, yap! Gue pengen banget ke sana dan Puji Tuhan kesampean.

Sebenernya gue bukan pelukis, pemusik atau kategori perupa seni lainnya. Gue lebih cocok disebut penikmat seni di bagian kali ini.

Iya, penikmat seni.

Secara gue masuk ke sini hanya untuk menikmati, bukan mempelajari cara buatnya, atau mempelajari bahan-bahan yang digunakan, atau mempelajari komposisi warna, apa lagi bermaksud menerjemahkan makna di balik benda seni yang gue liat.

Gue seneng aja liat benda seni berupa foto, lukisan, sampe patung. Rasanya seger, macam makanan buat jiwa gue.

Semarang Contemporary Art Gallery

Pintu masuk Semarang Contemporary Art Gallery

Semarang Contemporary Art Gallery

Tiket Masuk Gallery

Well, selamat datang di Semarang Contemporary Art Gallery!

Berdasarkan percakapan di atas, udah ketauan dong ya kalo ini adalah kali pertama gue ke sana.

Kebanyakan orang Semarang mengenal gallery yang terletak di Jalan Taman Srigunting No. 5-6 ini dengan nama Semarang Gallery. Lokasinya ada di bagian belakang, pojokan, atau Kalian kudu jalan kaki dari parkiran motor atau mobil Taman Srigunting, bisa juga masuk lewat jalan depan Gedung Spiegel.

Usia gallery ini sudah cukup tua guys, tahun ini menginjak 9 tahun sejak dikonservasi oleh Chris Darmawan, sang pendiri gallery di tahun 2007 silam.

Gedung Semarang Contemporary Art Gallery sendiri menyimpan banyak sejarah sebelum resmi digunakan sebagai gallery seni.

Dimulai dari tahun 1822, lokasi gallery seni ini dikenal sebagai jalan Paradeplein Utara Blok LA No.5 dan di atasnya berdiri bangunan dua lantai tempat tinggal Pastur L Prinsen. Gedung ini juga sempat digunakan sebagai tempat ibadah umat Katolik sebelum tahun 1875 didirikan Gereja Gedangan.

Namun di tahun 1918, bangunan ini diruntuhkan lalu didirikan bangunan baru dengan arsitektur bergaya Spanish Colonial dan tidak memiliki halaman.

Semarang Contemporary Art Gallery

Foto bangunan gallery sebelum diruntuhkan

Tepat di depan bangunan baru ada taman Paradeplein, taman yang sering dipakai oleh serdadu-serdadu Belanda untuk berparade. Lokasinya tepat di tepi jalan Anyer Panarukan yang dibangun Daendels di tahun 181.

Selanjutnya di tahun 1937, gedung ini ditempati oleh perusahaan asuransi ternama di Indonesia “De Indische Lloyd” milik Oei Tiong Ham Concern orang terkaya di jamannya. (Kebetulan waktu di Semarang gue ikut walking tour keliling bekas rumah Oei Tiong Ham si Radja Goela, nanti di kesempatan berikutnya bakal gue certain ya!)

Konon katanya, Tasripin, pengusaha pribumi terkemuka di Semarang sempat mengambil alih kepemilikan bangunan ini dan sempat disewakan sebagai gudang, dealer motor sampai jadi kantor Perusahaan Besar Farmasi Tempo.

Sebelum di tahun 2007, bangunan ini digunakan oleh pabrik sirup Fresh sampai tahun 1998 hingga akhirnya dipergunakan sebagai Semarang Gallery.

Semarang Contemporary Art Gallery

Foto bagian bangunan gallery yang rusak

Pemilik gallery, Chris Dharmawan merupakan seorang kolektor dan filantropi seni. Ia mempunyai filosofi bahwa pertemuan antara manusia, budaya, seni dan ideliasme dalam sebuah ruang akan selalu menghasilkan keindahan–dan ini yang gue rasain ketika masuk ke dalam gallery ini-bagi kehidupan manusia seutuhnya.

Tujuan dibuatnya Semarang Contemporary Art Gallery oleh pemiliknya adalah untuk menjadi media yang memperkenalkan karya-karya perupa kontemporer Asia, khususnya perupa-perupa Indonesia.

Ada beberapa yang mendominasi karya di gallery itu waktu gue ke sana, seperti Agapetus A. Kristiandana, pelukis lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) tahun 1994 yang karyanya gue foto pas masuk ruangan utama gallery ini. Selain itu ada Dadang Rukmana, Sugiyo Dwiarso, Hayatudin sampai I Gusti Ngurah Udiantara (Tantin) dan perupa Asia lainnya.

Semarang Contemporary Art Gallery

Kumpulan lukisan perupa di lantai 1

Semarang Contemporary Art Gallery

Baik Boeroek Tanah Airkoe Joega, 2015 karya Agapetus Kristiandana

Semarang Contemporary Art Gallery

Kumpulan lukisan perupa di lantai 2

Semarang Contemporary Art Gallery

(Masih) Kumpulan lukisan perupa di lantai 2

Masuk dan menghabiskan waktu di Semarang Gallery itu menyisakan kesan yang tak terlupakan buat gue. Setelah gue beli tiket, gue disambut oleh foto-foto perkembangan gedung gallery ini dulu, terus gue nyari toilet (kebiasaan orang Indonesia, sampe tempat wisata langsung cari toilet 😂) dan gue nemuin dua patung ini.

Patung karya Chen Wenling di depan toilet. Plis jangan salah fokus! 😛

Patung Miring Lantai Kanan Tinggi karya Budi Kustarto di halaman belakang gallery

Terus gue lanjut masuk lantai 1, ada deretan lukisan yang keren dan instagramable banget buat difoto. Eh, gak cuma ada lukisan aja tapi juga ada hasil karya seni lainnya berupa patung.

Ada satu spot yang menyita perhatian gue di lantai ini. Semarang Gallery ini menjual buku sejarah yang berisi kumpulan foto story dari suatu kejadian, buku yang berisi biografi tokoh terkemuka di Semarang sampe majalah seni, macam Majalah Sarasvati dengan harga cukup terjangkau.

Semarang Contemporary Art Gallery

Tampak depan lapak buku yang dijual

Semarang Contemporary Art Gallery

Buku dan majalah yang dijual

Semarang Contemporary Art Gallery

Gue suka cover buku ini, sempet intip isinya cuma ga mau banyak-banyak. Takut lupa jalan pulang

Lanjut naik ke lantai 2, mata gue lebih banyak disajikan lukisan-lukisan. Lukisan karya Hayatudin ini menarik perhatian banget, gue sibuk menebak-nebak makna di balik lukisan ini, eh kena jepret juga sama si guide 😛

Semarang Contemporary Art Gallery

Tangga menuju lantai 2

Semarang Contemporary Art Gallery

Candid taken by my private guide

Lokasi Semarang Contemporary Art Gallery strategis banget buat jalan-jalan guys karena letaknya di kawasan Kota Lama. Cara mencapai ke sana, kalau Kalian orang Semarang bisa naik Trans Semarang jurusan Terminal Terboyo lalu turun di stasiun Tawang tinggal tinggal jalan kaki dikit buat ke gallery. Nah, kalau ke balikannya Kalian dari Terminal Terboyo, bisa langsung naik bus jurusan Banyumanik atau Trans Semarang koridor 2 terus turun di Halte Kota Lama cukup jalan kaki deh ke Semarang Gallery.

Kalau kalian naik Gojek atau ojek konvensional bisa langsung turun di depannya dan kalau bawa kendaraan sendiri bisa di parkir di depan gallery ini.

Setelah asik masuk ke gallery ini, Kalian wajib banget keliling kawasan Kota Lama. Ada banyak tempat yang bisa Kalian jelajahi mulai dari Gedung Der Spiegel, Taman Srigunting, Gedung Oudetrap, Gereja Blenduk, Gedung Marba, RM Ikan Bakar Cianjur, Gedung Asuransi Jiwasraya, Old City 3D Trick Art Museum sampai menelusuri jalan menuju Gedung Monodhuis.

Soal tiket masuk, Kalian cukup membayar Rp10.000 / orang dan gallery ini buka jam 10 pagi sampai jam 16.30 sore, setiap hari buka kecuali hari Senin. Ehiya, biasanya akan ada pameran setiap bulannya, buat tau update-nya Kalian bisa langsung cek di website resminya ya.

Semarang Contemporary Art Gallery

Patung dan lukisan di lantai 1 Semarang Contemporary Art Gallery

Semarang Contemporary Art Gallery

Lukisan yang menyambut gue di lantai 2

Semarang Contemporary Art Gallery

Pengunjung lain juga sibuk menikmati lukisan karya perupa Asia

Semarang Contemporary Art Gallery

Masih karya dari lantai 2

Semarang Contemporary Art Gallery

Ada piano di Semarang Gallery

Sekian cerita perjalanan gue ke Semarang Contemporary Art Gallery, asli seru banget buat gue!

Buat yang belum ke sana, jalan-jalan tuh enggak perlu jauh-jauh sampe keluar negeri, Indonesia khususnya Semarang aja punya banyak tempat yang bisa dikunjungi salah satunya Semarang Gallery. Buat yang udah pernah ke sana, yuk ceritain cerita Kalian di kolom komentar karena sharing is caring, bukan? Hihi

Semarang Contemporary Art Gallery

Cuma mau bilang: This is my fav pic, thanks Mas for capturing the moment!

Selamat jalan-jalan, jangan lupa cerita!

Info

Alamat: Jalan Taman Srigunting No. 5-6 Jalan Letjen Suprapto, Tj. Mas, Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah 50174

Website: www.galerisemarang.com/

Telepon: (024) 3552099

 

28 thoughts on “Semarang Contemporary Art Gallery: Mencicipi Seni di Kota Lunpia

    1. Halo Daeng, ah serius nih?

      Besok-besok pas ada kesempatan ke Semarang lagi, luangin waktu buat mampir ke sini ya Daeng.
      Soal karya jelas asik, lebih dari itu malah, tempat dan suasananya juga sangat mendukung, modern bikin betah lama-lama di sana 😆

      Like

    1. Halo bossque haha, iya Lek 😂
      Tau gitu sisipin itin ke sini ya, murah masuknya, keluar bisa jalan kaki keliling Kota Lama dan tiap bulannya ada pameran terus.
      Yaudah, media trip lagi kuy!

      Like

    1. Haha, saya kemaren blog walking Mas, Sarasvati sering ngadain pameran2 gitu.
      Ternyata gak cuma di Semarang Gallery tapi juga ada di Gallery Indonesia Jakarta, ini kudu luangin waktu ke sana deh 😆

      Like

      1. Di jakarta khan lebih banyak galeri…tinggal waktu kesananya aja…hehehehe

        Kmarin di sana jga buat pentas musik 😀

        Like

      2. Nah itu dia mas 😀
        Rencananya dalam waktu dekat mau berkunjung ke Gallery Indonesia, semoga kesampean.

        Wih, iya? Acara yang Jazz Lunpia bukan, Mas?

        Like

  1. “Secara gue masuk ke sini hanya untuk menikmati, bukan mempelajari cara buatnya, … apa lagi bermaksud menerjemahkan makna di balik benda seni yang gue liat”

    Toss Mbak Liana, aku pun senang aja gitu kalau lihat pameran-pameran gitu. Sesekali kan suka ada pameran lukisan atau apalah itu di Museum Nasional ya, aku suka aja lihatnya, walau secara pribadi sebenarnya gak paham teknik, warna, pahat, dll.

    Duh, berarti kalau ke Semarang lagi bisa mampir kesini nih 🙂

    Like

    1. Halo Mbak, *toss balik hihi
      Iyap, ternyata filosofinya Chris Dharmawan masuk banget sama kita ya 😆
      Persiapkan batre dan memori kamera ya Mbak, siap2 foto2 di instagrammu bakal penuh.

      Like

  2. Semarang gallery ini apa ya semacam tempat favoritku di kota lama. Letaknya yg agak nyempil juga memberi kesan jauh dr keramaian jalan. Salah satu bangunan yg berhasil di restorasi di kota lama menjadi galeri seni yg keren.

    Btw oh jadi temannya ms rivai to? Hehe. Ditunggu post ttg oei tiong ham nya mbak, krn aku juga udh nulis dn ikut walking tournya :3

    Like

    1. halo Mas Jo, maafkan baru membalas komentarmu ini 🙂
      abis mengerjakan beberapa hal, makasih buat komentarnya ya.

      Iya, temanku namanya Masvay, pasti kenal kan? hihi
      Artikel Oei Tiong Ham sudah kutulis di rumah baruku, mampir ya ke ceritaliana.com

      Sampai ketemu di sana 🙂

      Like

  3. waktu tinggal di jakarta, suka banget mampir ke TIM liatin pameran lukisan… gratis… tapi kenapa selalu sepi ya.. tapi enaknya kalo sepi yaitu bisa foto2 sepuasanya tanpa keganggu orang lal lalang….

    btwitu tiketnya murah banget…..

    Like

    1. Halo Mas Uwan,
      Makasih ya buat komentarnya 🙂

      Kapan ada waktu mampir ya ke Semarang Art Gallery, tjakep.
      Di TIM saya juga belum pernah mas, seru2 ya?

      Pameran di Gallery Semarang juga sering ada di Galeri Nasional yang di seberang Gambir Mas.
      Nanti bisa mampir ke sana yg lebih ramai dari yg di TIM 🙂

      Like

  4. Tempat ini memang asyik buat penikmat seni.. Kalaupun bukan, pemandangannya juga bikin betah.. Daerah kota lama memang banyak alternatif utk dikunjungi

    Like

    1. setuju banget mas, Kota Lama menarik. Rasanya gak cukup seharian keliling sana.
      makasih sudah mampir ya, boleh mampir juga ke rumah baruku di ceritaliana.com 🙂

      terima kasih

      Like

Leave a comment